Tuduhan Pembocor Rahasia Negara


Pendiri Wikileaks Dibekuk, Hacker Membalas
Setelah Julian ditangkap polisi Inggris, para hacker serang situs anti Wikileaks. Sengit.

Setelah Julian Assange ditangkap polisi Inggris, para hacker pendukung pendiri situs Wikileaks, menjebol sejumlah situs yang selama ini dikenal sebagai memusuhi Julian. Pembobolan atas sejumlah situs itu dilakukan hari ini, Rabu 8 Desember 2010. Para hacker itu menilai bahwa selama ini, sejumlah situs itu aktif berkampanye anti Julian dan secara terbukan mendukung penangkapannya. Julian ditangkap polisi Inggris atas permintaan pengadilan Swedia, karena kasus pemerkosaan, kasus yang sungguh jauh dari urusan Wikileaks.
Menurut kantor berita CNN, Assange ditangkap Selasa, 7 Desember 2010, pada pukul 9.30 pagi waktu setempat. Kini ia ditahan di kantor polisi London dan menghadiri pengadilan di kota Westminster hari itu juga.

Pria 39 tahun ini menghadapi serangkaian pertanyaan menyangkut tuduhan pemerkosaan, pelecehan seks, dan pemaksaan ilegal, yang diduga dilakukannya di Swedia. Pemerintah Swedia menyebutkan, penangkapan ini tidak ada sangkut pautnya dengan aktivitas Assange di WikiLeaks.

Meski demikian, kuasa hukum Assange, Mark Stephens menyatakan bahwa tuduhan perkosaan atas Assange adalah sebuah permainan politik. Pasalnya, beberapa bulan terakhir, kliennya itu mendapat sorotan dunia karena membocorkan informasi sensitif berkategori rahasia milik pemerintah AS melalui situsnya.

Dugaan akal-akalan tuduhan itu juga diungkapkan Christine Assange, seorang pengelola bisnis pertunjukan boneka asal Queensland, Australia yang tak lain adalah ibunda Julian.

Christine mengaku tidak percaya atas semua yang dituduhkan pada anaknya. “Banyak hal yang ditulis mengenai saya dan Julian tidak benar,” ucap Christine.

Menurut Christine, mencari kebenaran adalah sifat Julian sejak kecil dan WikiLeaks adalah salah satu sarana untuk itu. “Dia melakukan apa yang dianggapnya hal yang baik di dunia, yaitu melawan kaum jahat,” ucap Christine.

Dibela Hacker Kian Berkibar
Meski Julian Assange sudah ditangkap Kepolisian Inggris, WikiLeaks tak lantas surut. Situs 'peniup peluit' itu akan terus membocorkan kawat diplomatik Kedutaan Besar Amerika Serikat yang bisa membuat malu negara adidaya itu.

“Tindakan terhadap pemimpin redaksi kami, Julian Assange tak akan mempengaruhi operasi. Kami akan merilis lebih banyak bocoran malam ini seperti biasa,” demikian disampaikan WikiLeaks dalam akun Twitternya, Selasa 7 Desember 2010 malam.

Sejauh ini, WikiLeaks telah membocorkan sejumlah dokumen yang melibatkan negeri Paman Sam dalam sejumlah isu sensitif, termasuk terkait Iran, Afghanistan, juga China.

Keputusan WikiLeaks untuk tetap maju melegakan di kalangan pendukung Assange -- yang khawatir penahanan pria 39 tahun itu akan mempengaruhi kerja organisasi.
Tekanan yang terus menerus dialami oleh WikiLeaks dan pendirinya, memicu aksi balas dendam yang dilakukan oleh para hacktivist (aktivis hacker). Kelompok hacker pendukung pendiri WikiLeaks itu melakukan serangkaian serangan cyber terhadap beberapa pihak yang dianggap mengambil sikap bermusuhan.

Situs-situs web yang dianggap memusuhi WikiLeaks, seperti PayPal, Swiss Bank PostFinance (postfinance.ch), situs resmi penuntut umum Assange di Swedia (aklagare.se), dan situs senator Lieberman (lieberman.senate.gov) yang secara vokal menentang Assange, berhasil mereka lumpuhkan melalui inisiatif yang mereka namakan: Operation Payback.

“Tujuan Operation Payback bukan sekadar hacking untuk mencari keuntungan. Pada kasus ini, tujuan hacker adalah melumpuhkan layanan dan memprotes. Yang kami lihat di sini adalah serangan yang sangat fokus, untuk menjatuhkan server-server karena mengganggap ada ketidakadilan,” kata Noa Bar Yossef, pakar keamanan senior dari firma keamanan komputer Imperva, kepada PCWorld.

Sean-Paul Correl, pakar keamanan dari PandaBlogs mengungkapkan, akibat serangan Operation Payback, situs PayPalBlog.com sempat down selama 8 jam 15 menit. Serangan memakai metode Distributed Denial of Services (DDoS/ DoS).

Tidak seperti serangan DoS pada umumnya yang biasanya membombardir situs sasaran dengan ribuan atau bahkan ratusan ribu spam dari komputer-komputer PC yang telah ditulari dengan malware, menurut Bar Yossef, Operation Payback merekrut orang-orang dari dalam jaringan mereka untuk mengunduh kode program tertentu yang merupakan malware DoS itu sendiri.

Dengan demikian, tidak ada mesin komputer yang menjadi korban (atau disebut sebagai botnet) karena pemiliknya terlibat secara sadar menjadikan komputer mereka sebagai botnet dan alat untuk membungkam pihak-pihak yang memusuhi WikiLeaks.

Situs Lain Segera Bermunculan
Saat ini WikiLeaks memang satu-satunya situs pembocor rahasia yang telah membuat Amerika Serikat dan beberapa negara lain kelimpungan. Namun dalam waktu dekat, akan ada situs pembocor rahasia lain yang akan menjadi saingan dan justru dibentuk oleh salah satu mantan juru bicara WikiLeaks.

Daniel Domscheit-Berg atau yang lebih dikenal dengan nama Daniel Schmitt, 32, adalah mantan staf senior WikiLeaks yang mengundurkan diri pada September lalu.

Dalam wawancara dengan majalah Jerman Der Spiegel yang dilansir dari laman Associated Press, Schmitt mengatakan akan membuat situs pembocor rahasia yang lebih baik daripada WikiLeaks.

Schmitt mengatakan, situs yang akan ia buat memiliki infrastruktur teknis yang memungkinkan seseorang mengirimkan dokumen rahasia yang diperolehnya, persis seperti WikiLeaks. Si pengirim juga akan tetap anonim untuk menjaga keamanannya.

Namun berbeda dengan WikiLeaks, situs ini memberikan pilihan kepada pengirim dokumen bagaimana dan kepada siapa informasi yang dia berikan akan dibocorkan.

Saat ini, Schmitt mengatakan, WikiLeaks memiliki masalah struktural yang parah. Banyak dokumen hanya bertumpuk dan staf lain tidak dibiarkan untuk menyentuhnya. Assange adalah satu-satunya orang yang mengatur semua penyebaran dokumen. Inilah alasan mengapa ia akan mendirikan situs yang lebih baik dibanding WikiLeaks.
Langkah Schmitt diikuti pula oleh Alexei Navalny, seorang jurnalis dan blogger populer asal Russia. Seperti halnya WikiLeaks, situs bernama Rospil.info yang ia buat memberikan kesempatan pada siapapun untuk mempublikasikan informasi yang berkaitan dengan praktek-praktek korupsi di Russia serta mendiskusikannya secara online.

Seperti dikutip dari kantor berita Rusia Ria Novosti, banyak pakar menyambut baik situs web semacam ini, karena bisa menjadi sumber informasi yang baik untuk memberantas praktek korupsi di Rusia.

Apalagi, selama ini, Navalny merupakan tokoh yang telah dikenal baik oleh publik. Navalny adalah pemilik saham minoritas beberapa perusahaan Rusia. Ia merupakan tokoh yang secara konsisten mengkampanyekan praktek bisnis yang lebih transparan di Rusia.

Rusia sendiri, selama ini dicap oleh organisasi Transparansi Internasional sebagai salah satu negara terkorup di dunia. Menurut indeks persepsi korupsi 2009 yang dikeluarkan organisasi itu, Rusia menduduki peringkat 146 dari 180, atau berada di bawah negara Togo, Pakistan, dan Libya.

Sementara Indonesia pada tahun 2009 berada pada posisi 111. Tapi setidaknya, hingga saat ini belum ada situs pembocor dokumen rahasia seperti WikiLeaks atau Rospil.info di Indonesia. Berminat mendirikan?
Sumber : VIVAnews
Mau berbagi pengalaman tentang Julian Assange Pembocor Rahasia Asal Australia ... [Tampilkan halaman ini saja]

Pembocor Rahasia Negara sekarang diburu

Markas WikiLeaks di Swedia?

Pejabat di banyak negara, terutama AS, kini marah terhadap WikiLeaks. Bahkan, ada negara yang mulai mencurigai negara lain di dalam kawasannya, seperti di Teluk Arab. Sebab, WikiLeaks terus menguak hubungan diplomatik rahasia antara negara-negara Teluk Arab, Israel, dan AS yang menyebut Iran sebagai musuh.

Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr buru-buru menjelaskan, Iran bukan ancaman. Tidak hanya negara-negara di Teluk Arab, tetapi di Eropa hingga Asia geram. Publikasi tentang terowongan rahasia di Solkope, Dominion Melchizedek di Pasifik Selatan yang dibangun SROTN, bikin heboh.
AS adalah negara yang paling geram kepada WikiLeaks. Sebab, sebagian besar kawat diplomatik yang dikirim ke negara lain, baik kepada para diplomat, kementerian luar negeri asing, maupun konsulatnya, juga dibocorkan ke ruang publik.
Otoritas terkait di sejumlah negara sudah mulai memagari dirinya. Publik tidak bisa lagi mengakses konten berisi dokumen rahasia dari kedubes AS, termasuk di Jakarta, di WikiLeaks. The Wall Street Journal melaporkan, mahasiswa Kolombia dilarang membahas WikiLeaks di Facebook dan Twitter.
WikiLeaks memang dahsyat dan bikin heboh. Situs ini mengklaim telah memublikasikan lebih dari 1,2 juta kawat diplomatik, dokumen rahasia, terutama dokumen milik AS. Belakangan ini beberapa orang WikiLeaks menjadi narasumber berita atau bahkan ”kontributor” beberapa televisi asing.
Melacak jejak WikiLeaks Sejumlah pertanyaan pun menggugah rasa ingin tahu tentang sepak terjang WikiLeaks yang ”didirikan” Julian Assange ini. Di manakah markas dan bagaimana cara kerjanya sehingga WikiLeaks ini bisa mendapat begitu banyak dokumen rahasia negara, lalu membocorkannya ke ruang publik?
Tidak dapat diketahui dengan pasti di mana letak markas WikiLeaks itu. Jejaknya hanya bisa diketahui dari server internet yang melayani (hosting) situs WikiLeaks saja—Assange sendiri diduga ”dipasang” untuk menjadi ”pendiri”.
WikiLeaks dikenal sejak Amazon.com Inc yang berpusat di Seattle, AS, hosting bagi situs yang gemar membocorkan dokumen rahasia AS ini. Amazon, Kamis lalu, mendepak WikiLeaks, tetapi membantah jika tindakan itu dilakukan akibat tekanan parlemen atau Pemerintah AS.
Jaringan televisi CNN melaporkan, setelah didepak dari server milik Amazon, WikiLeaks kini bersembunyi di tempat baru di Swedia. Situs yang gemar mengungkap dokumen rahasia negara itu kini menggunakan provider terbesar di Swedia, yakni Bahnhof yang bermarkas di sebuah bungker, sekitar 30 meter di bawah tanah. Bahnhof dimiliki pengusaha asal Swiss.
Merujuk berbagai foto di media asing dan gambar yang dirilis YouTube dan CNN, tampak markas server situs WikiLeaks berada di sebuah gunung batu cadas. CEO Bahnhof Jon Karlung menyebutkan, bungker itu bekas markas perang yang digunakan pada Perang Dingin di Eropa.
Bungker seperti dipahat dari gunung batu cadas yang keras, tidak jauh dari Stockholm, ibu kota negara Swedia. Di dalamnya ada taman, ada ruang konferensi, dan generator cadangan yang diambil dari kapal selam Jerman. Selain itu, ada laboratorium dan juga ruang membajak dokumen negara.
Bungker itu oleh Karlung dianalogikan dengan goa dalam film fiksi James Bond karya Ian Fleming. Kini bungker itu disebut sebagai pusat data, goa literal, yang menyimpan file-file rahasia WikiLeaks. Tampaknya biaya yang dikeluarkan sangat besar untuk membangun server bagi WikiLeaks. Siapa di balik investasi rahasia ini?

Sumber : KOMPAS.com
Mau berbagi pengalaman tentang Julian Assange Pembocor Rahasia Asal Australia ... [Tampilkan halaman ini saja]

Julian Assange dengan "whistleblowers Wikileaks"

Julian Assange dan situs "whistleblowers" Wikileaks jadi topik hangat. Setelah membocorkan dokumen perang Afghanistan, pada Senin lalu dia kembali membocorkan sebanyak 251.187 dokumen yang berasal dari kawat diplomatik Kedutaan Amerika Serikat.

Jaksa Agung Amerika Serikat Eric Holder langsung bereaksi. Dia mengatakan pemerintah Amerika sedang aktif dalam penyelidikan kriminal terkait WikiLeaks.

Dua minggu lalu, pemerintah Swedia mengeluarkan "red notice" bagi Julian Assange kepada seluruh interpol.

Assange, pendiri situs pembocor dokumen negara, Wikileaks, kini menjadi buronan nomor satu dunia. Julian dituduh melakukan perkosaan, pelecehan seksual di Swedia. Tuduhan yang dibantah oleh Assange.

Meski dimusuhi banyak orang, Assange tak gentar. Dalam sebuah wawancara dengan Forbes pada 11 November lalu di London dia mengatakan tidak akan berhenti mengeluarkan dokumen rahasia. "Target berikutnya adalah bank-bank besar Amerika," kata Assange.
Julian Paul Assange adalah seorang wartawan Australia dan aktivis internet. Dia juga seorang hacker, ahli matematika dan programmer komputer. Assange mendirikan Wikileaks pada 2006.

Dia mendirikan situs itu untuk menjadi "whistleblower" yang memerangi korupsi dan ketidakadilan yang dilakukan pemerintah atau perusahaan.
Wikileaks digambarkan sebagai wikipedia ranpa sensor yang membocorkan dokumen serta analisis. Wikileaks menjadi media untuk mengungkap informasi rahasia ke publik.

Oktober lalu, Wikileaks mempublikasikan 400 ribu dokumen, antara lain berisi laporan penyiksaan dan pemerkosaan oleh tentara Amerika di Irak. Enam bulan sebelumnya, situs itu juga mempublikasikan 90 ribu dokumen yang sama yang berkaitan dengan perang di Afganistan.

Assange, 39 tahun, lahir dan besar di Australia. Orang tuanya bertemu saat mereka sedang demontrasi menentang perang Vietnam. Ketika kecil, Assange pindah-pindah sekolah sampai 37 kali, dia kerap pindah kota karena orang tuanya menjalankan bisnis teater keliling.
Julian meninggalkan rumah pada usia 17 tahun, dia sempat kuliah di jurusan matematika dan fisika. Namun internet menjadi "cinta sejatinya", di akhir masa remajanya dia mulai belajar membajak email.

Akibat "hobinya" ini, pada 1992, Assange berurusan dengan hukum. Assange dinyatakan bersalah atas 24 tuduhan peretasan dia pun diwajibkan membayar denda US$ 2100.
Bagi orang-orang yang pernah bekerja dengannya, Assange dikenal sebagai orang yang sangat cerdas, bersemangat dan mampu memecahkan kode-kode komputer yang rumit. Menurut reporter majalah New Yorker, Raffi Khatchadourian yang sempat plesir bareng, Assange bisa bekerja sampai lupa makan dan kurang tidur.

Assange pernah diganjar beberapa penghargaan di antaranya pada 2009 Amnesty International Media Award, majalah Inggris New Statesman juga menempatkannya sebagai 50 orang paling berpengaruh pada 2010.
Assange yang terkenal dengan rambut peraknya hidup nomaden. Dia hidup tanpa memiliki alamat rumah dan jarang tampil ke publik. Assange kadang muncul di Swedia atau Islandia, negara yang melindungi kebebasan berinternet.

"Ketika pemerintah berhenti membunuh dan menyiksa, perusahaan tidak lagi merusak sistem hukum, itulah saatnya mempertanyakan data kami," kata Assange.

Tingkah lakunya mirip buronan. Di sebuah restoran masakan Ethiopia di distrik kumuh Paddington, London, Inggris, ia menemui wartawan New York Times. Suaranya dipelankan, mungkin menurut dia bisa berguna untuk menghindari "intel-intel".

Ia juga minta para pendukung setianya untuk menggunakan telepon selular bersandi dengan kode yang rumit. Harganya tak murah. Assange sendiri mengganti ponsel sesering dia mengganti baju.

Ia selalu menginap di hotel dengan nama palsu, mewarnai rambutnya, tidur di sofa dan lantai, serta selalu berbelanja menggunakan uang kontan, yang sering ia pinjam dari para sahabatnya, untuk menghindari pelacakan kartu kredit.

"Tetap di jalur ini dan tidak berkompromi membawa saya ke dalam ketegangan yang luar biasa," kata Assange dalam makan siang, Sabtu pekan lalu.

Ia mengenakan sebuah kupluk wol 'sporty' dan membawa serta sekelompok pengikut muda termasuk seorang pembuat film yang akan merekam jika ada kejadian tak terduga.

Dalam petualangannya menuju kemasyuran, Assange sang pendiri laman WikiLeaks, menilai beberapa pekan yang akan datang sebagai masa paling berbahaya dalam hidupnya.

Ia baru saja mengumbar 391.832 dokumen rahasia tentang perang Irak, bocoran yang paling memalukan tentang perang. Sabtu kemarin ia mengadakan konfrensi pers di London dan mengatakan bahwa bocorannya itu 'menjadi catatan yang paling komprehensif dan rinci tentang perang'.

Kira-kira 12 bulan yang lalu ia menayangkan sejumlah 77.000 dokumen rahasia milik Pentagon tentang perang Afghanistan di halaman web WikiLeaks.

Banyak yang telah berubah sejak 2006, ketika Assange mulai mengembangkan WikiLeaks. Pria Australia berusia 39 tahun itu sudah bertahun-tahun menjadi peretas komputer. Teman-temannya bilang dia "sedikit lagi masuk kategori genius".

Ia telah memberi definisi baru pada 'whistle blowing' dengan cara mengumpulkan bahan-bahan rahasia dan dengan enteng menyebarkannya kepada seluruh dunia.

Bukan hanya pemerintah saja yang mengecamnya. Beberapa rekan mengacuhkan Assange karena angkuh, tidak berpendirian, dan menyesatkan, serta tak peduli dengan kekhawatiran bahwa rahasia yang ia umbar bisa mengancam nyawa orang lain.

Beberapa rekannya di WikiLeaks mengatakan ia membuat keputusan sepihak karena menyiarkan rahasia perang Afghanistan tanpa menghilangkan nama-nama dari sumber-sumber intelejen Afghanistan yang digunakan pasukan NATO.

"Kami sangat-amat kecewa, ditambah lagi perkataannya setelah rahasia itu beredar,"kata Birgitta Jonsdottir, anggota inti dari WikiLeaks yang juga anggota parlemen Islandia.

"Seharusnya ia bisa fokus pada hal-hal penting saja," sambung Jonsdottir.

Assange juga tengah diperiksa terkait tuduhan perkosaan dan pelecehan seksual terhadap dua perempuan Swedia. Ia telah menyangkal tuduhan itu dan mengatakan bahwa hubungannya dengan kedua perempuan itu berdasarkan suka sama suka.

Tetapi para jaksa di Swedia belum secara resmi menghentikan atau meneruskan penyelidikan kasus itu.

Assange mengatakan skandal itu sebagai 'kampanye-kampanye kotor' yang semakin menambah tekanan atas hidupnya yang penuh selubung.

"Kadang saya sampai pada titik baik di penjara saja karena bisa menghabiskan satu hari untuk membaca buku dengan tenang," ujar Assange sambil menghabiskan santapannya dalam makan siang London itu.

Mengumbar Rahasia
Assange datang dari masa kecil yang tidak jelas di Australia karena , seperti yang diakuinya, ia mengalami ketidakcocokan sosial dan nyaris masuk penjara setelah terbukti bersalah dalam 25 kasus peretasan komputer pada 1995.

Sejarah selalu ditandai dengan mata-mata, pembelot, dan mereka yang membongkar rahasia paling sakral dari generasi mereka. Assange telah menjadi salah satu dari mereka di masa Internet ini, meski tanpa perhitungan yang matang atas konsekuensi yang akan diterimanya dan pemilik rahasia-rahasia dunia itu.

"Sudah 40 tahun saya menunggu orang yang membongkar informasi-informasi dalam skala yang bisa membuat perubahan," kata Daniel Ellsberg, yang pernah membeberkan 1.000 halaman lembaran studi rahasia tentang Perang Vietnam pada 1971. Dokumen itu dikenal dengan nama 'Pentagon Paper'.

Ellsberg mengatakan ia melihat semangat yang sama dalam diri Assange dengan Prajurit Satu Bradley Manning (22) mantan anggota intelejen AS yang kini ditahan di Quantico, Virginia, AS, yang dituduh membocorkan dokumen perang Irak dan Afghanistan.

"Mereka berani dipenjara seumur hidup atau hukum mati untuk membongkar informasi itu," ujar Ellsberg.

Belum jelasnya langkah yang akan diambil oleh pemerintah AS membuat Assange gundah. Pentagon dan departemen kehakiman AS mengatakan akan mengambil tindakan berdasarkan Undang-Undang Spionase tahun 1917.

Mereka telah mendesak Assange untuk mengembalikan semua dokumen pemerintah yang berada dalam penguasaanya, menekankan Assange untuk tidak menyiarkan setiap dokumen dokumen baru, dan agar tidak 'meminta' bahan-bahan (rahasia) AS lagi.

Assange menanggapi hal hal itu dengan melarikan diri, meski belum menemukan satu tempat pun untuk berlindung. Ketika kontroversi tentang dokumen perang Afghanistan menghangat ia terbang ke Swedia untuk meminta izin menetap dan mencari perlindungan. Permintaannya disambut hangat oleh negara itu.

"Mereka menyebut saya 'James Bond' dalam jurnalisme dan kemudian membuat saya digemari banyak orang meski beberapa dari mereka membuat saya terlibat dalam masalah," kenang Assange dengan kecut.

Hubungannya dengan beberapa perempuan Swedia membuatnya ditahan karena sangkaan pemerkosaan dan pelecehan seksual.

Karin Rosander, juru bicara kejaksaan di Swedia, pekan lalu mengatakan para polisi erus menyelidiki kasus itu.

September silam, Assange meninggalkan Stockholm, Swedia, menuju Berlin, Jerman. Sebuah tas yang ia bawa hilang padahal penerbangan itu sangat sepi hampir tanpa penumpang. Isi tas yang hilang adalah tiga laptop dan sampai kini tidak ditemukan. Assange memperkirakan barang-barangnya itu telah disita.

Dari Jerman ia berangkat ke London meski khawatir akan ditahan ketika tiba di bandara. Menurut hukum Inggris, paspor Australia-nya memberikan dia hak untuk menetap di negara itu selama enam bulan.

Sementara Islandia di mata Assange telah kehilangan daya tariknya. Negara itu sama seperti Inggris, yang terlalu mudah patuh pada Washington. Tanah airnya Australia pun setali tiga uang; mengisyaratkan akan bekerja sama dengan AS jika penuntutan atas Assange mulai dilakukan.

"Anda telah bermain di luar aturan dan Anda akan ditangani di luar aturan pula," kata seorang pejabat senior Australia kepadanya suatu ketika.

Ia pun menerima ancaman dari dalam lingkarannya sendiri. Setelah skandal di Swedia, ketegangan dalam tubuh WikiLeaks mencapai puncaknya. Beberapa rekan terdekat Assange mulai berpaling secara terbuka.

Harian The New York Times telah berbicara dengan belasan orang yang pernah bekerja dan mendukung Assange di Islandia, Jerman, Swedia, Inggris, dan AS.

Dari pembicaraan itu terungkap gambaran tentang sang pendiri WikiLeaks yang inovatif dan karismatis tetapi sebagai seorang yang semakin tersohor bak selebritis ia pun semakin mirip seperti diktator, yang eksentrik, dan punya gaya yang beubah-ubah.

Guncangan di Dalam
Sejak menjalani hidup sebagai buronan, Assange pun mulai menjalankan roda kepemimpinannya melalui internet. Saat memerintah dari jarak jauh pun konon lagaknya tetap angkuh.

Dalam sebuah perbincangan 'online' dengan salah satu sukarelawan mereka bulan lalu, Assange pernah sesumbar bahwa WikiLeaks akan hancur tanpanya.

"Kita sedang berada dalam situasi bersatu atau mati untuk beberapa bulan," ketik Assange dalam perbincangan yang salinannya dipegang oleh The Times.

Ketika Herbert Snorrason, seorang aktivis politik asal Islandia berusia 25 tahun mempertanyakan penilaian Assange dalam beberapa isu yang sudah lewat, Assange kelihatan geram.

"Saya tidak suka nada bicara Anda. Jika terus seperti itu, Anda akan dikeluarkan," tukasnya dalam perbincangan di dunia maya dengan Snorrason. Assange menganggap dirinya 'tidak tergantikan'.

"Saya adalah hati dan jiwa dari organisasi ini, pendiri, pemikir, juru bicara, penyusun aturan, organisator, pengatur dana, dan segalanya," imbuhnya kepada Snorrason. "Jika kamu tidak suka saya, kamu harus keluar," lanjutnya sembari memaki.

Dalam sebuah wawancara terkait perbincangan 'online' dengan Snorrason itu, ia hanya berkomentar ringan.

"Ia sedang error," seloroh Assange. Ia tidak begitu peduli dengan mereka yang mengkritisinya. "Mereka tidak penting," tukasnya.

Ada belasan yang baru-baru ini keluar dari organisasi itu, kata Smari McCarthy, sukarelawan asal Islandia. Musim panas silam Assange menghukum Daniel Domscheit-Berg, seorang Jerman yang sebelumnya bertugas sebagai juru bicara WikiLeaks dengan menggunakan nama samaran Daniel Schmit, karena 'prilaku yang buruk'. Menurut McCarthy masih banyak yang akan menyusul keluar.

Assange menyangkal banyak relawannya yang berhenti, kecuali Domscheit-Berg. Organisasi yang menurut Assange itu mempunyai 40 tenaga inti dan hampir 800 sukarelawan diyakini akan lumpuh jika lebih banyak lagi anggotanya yang keluar.

Para pekerja itu bertugas untuk merawat jaringan server dan untuk mengamankan sistem mereka dari jenis serangan yang juga digunakan oleh WikiLeaks untuk mendapatkan dokumen rahasianya.

Mereka yang membelot dari Assange juga menuduh dia berniat membalas dendam kepada AS. Di London Assange mengatakan AS adalah masyarakat militer yang terus berkembang dan karenanya menjadi ancaman terhadap demokrasi.

"Kita telah diserang oleh AS jadi kini kita dipaksa untuk mempertahankan diri," ia berujar lebih lanjut.

Di lain pihak, Assange tetap dapat pujian dari para penentangnya. Sistem komputer yang rumit dan arsitektur pendanaan yang digunakan WikiLeaks untuk membentengi organisasi itu dari musuh-musuhnya merupakan hasil kerja Assange.

"Dia sangat unik dan luar biasa berguna," aku Jonsdottir, perempuan anggota parlemen Islandia.

Gelombang Keraguan
Sebelum menayangkan dokumen perang Afghanistan dan Irak, WikiLeaks terlibat dalam usaha-usaha menggoyahkan pemerintahan berbagai negara.

Para pendukung organisasi itu bergembira ketika mereka menayangkan dokumen-dokumen terkait penjara Guantanamo Bay, isi email Yahoo mantan calon Wakil Presiden AS, Sarah Palin, laporan tentang pengadilan 'extrajudicial' kasus pembunuhan di Kenya dan Timor Leste, daftar anggota Partai Nasional Inggris yang berideologi neo-Nazi, dan rekaman pembantaian terhadap 12 warga Irak, termasuk dua wartawan Reuters, oleh sebuah helikopter Apache di Baghdad, Irak, pada 2007.

Tetapi kini WikiLeaks dihadapkan pada keragu-raguan yang baru. Lembaga Amnesty International dan kelompok 'Reporters Without Borders' kini bergabung dengan Pentagon untuk mengecam organisasi yang menggolongkan diri sebagai bagian dari jurnalisme itu.

Menurut mereka WikiLeaks membahayakan jiwa orang lain dengan menyiarkan daftar orang-orang Afghanistan yang bekerja untuk AS atau bertindak sebagai informan.

Seorang juru bicara Taliban yang menggunakan nama samaran Zabiullah Mujahid, misalnya, dalam sebuah wawancara telepon mengatakan Taliban telah membentuk sebuah komite yang terdiri dari sembilan orang untuk menemukan orang-orang yang bertindak sebagai mata-mata itu.

Menurutnya Taliban telah membuat sebuah daftar yang berisi 1800 nama orang Afghanistan setelah membandingkan dengan nama-nama yang disediakan oleh WikiLeaks.

"Setelah proses (pencarian) itu selesai, pengadilan Taliban akan memutuskan nasib orang-orang itu," kata juru sang juru bicara Taliban.

Menghadapi tudingan itu Assange mengatakan bahwa keputusannya menyebarkan informasi itu mendatangkan 'manfaat yang besar sekaligus pencegahan akan bahaya yang mungkin disebabkan tersiarnya informasi itu'.

"Tidak ada pilihan yang mudah bagi organisasi ini," tangkis Assange.

Namun, keepercayaan di antara para pengikutnya terus memudar. Suasana hatinya tertangkap dengan jelas dalam sebuah obrolan 'online' pada 20 September silam dengan seorang tokoh senior dari WikiLeaks.

Dalam pembicaraan yang dimiliki salinannya oleh The Times itu Assange menggambarkan mereka yang membelot sebagai 'sekelompok konfederasi orang tolol' dan kepada lawan bicaranya ia bertanya dengan kasar, "Apakah saya sedang berhadapan dengan seorang yang bego?"

Di London Assange marah ketika ditanyai tentang keretakan itu. Ia juga menjawab ketus ketika ditanyai tentang keuangan WikiLeaks yang semakin memburuk, nasib prajurit Manning, dan kurangnya akuntabilitas WikiLeaks. Ia menyebut pertanyaan macam itu 'tolol', 'murahan', dan mengingatkan akan pertanyaan dari anak TK.

Assange, ketika di London, berbicara tentang Manning dan menggambarkannya sebagai 'tahanan politik' karena harus dipenjara selama 52 tahun tanpa adanya pembuktian bahwa ia adalah sumber kebocoran rahasia-rahasia perang itu.

"Kami punya kewajiban untuk mendampingi Manning dan orang lain yang sedang menghadapi konsekuensi legal dan konsekuensi lainnya,' ujar Assange.

Tidak hanya itu bos WikiLeaks itu bahkan angkat kaki di tengah wawancara dengan Atika Shubert dari CNN ketika mulai ditanyai tentang perpecahan dalam tubuh WikiLeaks dan kepribadian Assange yang mempengaruhi kinerja organisasi itu.

"Saya akan keluar jika anda terus mencemari wawancara sangat serius ini dengan pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan pribadi saya," kata Assange seperti yang dikutip Daily Mail.

Shubert memang menanyainya tentang hubungannya kurang harmonis dengan para relawannya dan skandal seksual yang membawa-bawa namanya di Swedia.

"Ini benar-benar menjijikkan, Atika. Saya akan berhenti jika Anda mencemari pengungkapan kematian 104.000 orang dengan menyerang saya," tukasnya sebelum akhirnya mencopot mikrofon dan beranjak pergi dari tempat wawancara.

Nasib Assange sendiri tampaknya tak akan jauh berbeda dari Manning. Senin silam Dewan Migrasi Swedia telah menolak permintaan izin menetapnya di negara itu. Sementara visa Inggris-nya akan habis tahun depan.

Sesaat sebelum ditelan bayang-bayang restoran di distrik kumuh London itu ia masih menolak mengatakan ke mana ia akan pergi.

Sekali lagi, laki-laki yang telah membuat institusi-istitusi terkuat ketar-ketir itu, melanjutkan petualangannya. (*)

Sumber : TEMPO, The New York Times dan Daily Mail
Mau berbagi pengalaman tentang Julian Assange Pembocor Rahasia Asal Australia ... [Tampilkan halaman ini saja]