Para wisatawan mancanegara itu sudah mulai merasakan daya tarik letusan Gunung Bromo yang dapat dilihat dari Dusun Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
"Sebelumnya memang banyak wisatawan asing yang membatalkan kunjungannya ke Bromo. Namun, mulai Jumat (3/12) malam kami banyak menerima email dari sejumlah wisatawan mancanegara," kata Adi Suyanto, staf manajer Hotel Cemara Indah.
Wisatawan yang akan menginap di hotel yang pemandangannya langsung ke kawah itu berasal dari Thailand dan Jepang setelah sempat membatalkan diri setelah ada peringatan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terkait status Awas (level IV) Gunung Bromo sejak 23 November 2010.
"Malam ini 50 persen kamar kami sudah terisi," kata Adi di sela-sela kesibukannya menerima rombongan wisatawan asing asal China itu.
Sebelumnya, petugas kebersihan kamar hotel itu sempat mengeluhkan sepinya tamu. "Kalau hotel sepi, otomatis pendapatan saya turun," kata Saman, petugas kebersihan Hotel Cemara Indah.
Lelaki berusia 24 tahun asal Sukapura itu mendapatkan gaji pokok Rp450.000,00 per bulan. Kalau tingkat huniannya mencapai 50-80 persen, dia bisa mendapatkan bonus Rp700 ribu sampai Rp900 ribu setiap bulan.
Sementara itu, Li Ning, wisatawan asal China, mengaku penasaran dengan fenomena letusan Gunung Bromo. "Kalau diizinkan, saya besok akan turun ke pasir," ucap gadis berusia 25 tahun itu dalam bahasa Inggris yang terbata-bata.
Ia tiba di hotel itu Sabtu malam bersama enam rekannya sesama wisatawan asal negeri Tirai Bambu tersebut. "Kami rencanakan di sini dua hari," katanya.
Sementara Turis asal Kanada yang ditanya mengatakan "erupsi debu Bromo yang sangat menarik karena kadang berwarna coklat tetapi kadang berwarna biru"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar